Di antara sikaf Rasulullah SAW yang menjadi contoh adalah sifat Rasululullah yang sangat pemaaf terhadap siapa saja termasuk terhadap orang-orang yang belum menerima Islam alias kafir pada masa itu.
Melalui sejarah hidup Rasulullah, anda akan melihat bagaimana cara Rasulullah membalas semua ejekan dan hinaan atas kenabiannya dengan kesabaran. Bahkan anda akan melihat bagaimana Rasululullah memperlakukan orang-orang yang membencinya secara verbal (orang-orang yang menyakitinya, orang-orang yang meludahinya, dll) bukan dengan memukul mereka, tidak juga dengan membunuh mereka, melainkan membalas mereka dengan kesabaran dan memberikan maaf kepada mereka. Sebagai hasilnya, Rasululullah mendapatkan keislaman mereka dan Islam itu terus berlangsung hingga saat ini.
Berikut ini sebuah kisah populer tentang Wanita Tua Kafir yang sangat membenci Rasulullah dan slalu meludahi Rasulullah, namun karena kesabaran dan pemaaf Rasulullah sehingga meruntuhkan kebencian wanita tua kafir tersebut dan akhirnya menerima Islam.
Cerita Ringkasnya !!
Ada seorang wanita tua yang sangat berani mencerca Rasulullah. Setiap kali Rasulullah lewat depan rumahnya, wanita tua itu selalu meludahkan air liurnya di hadapan Rasulullah.
Suatu hari, Rasulullah tidak mendapati wanita tua itu meludah saat lewat di depan rumahnya. Hal itu membuat Rasulullah keheranan.
Akhirnya, Rasulullah bertanya kepada seseorang, "Hai fulan, tahukah kamu, di mana wanita pemilik rumah ini, yang selalu meludahiku setiap aku lewat depan rumahnya?" Orang itu menjawab dengan acuh, "Apa kau tidak tahu bahwa perempuan itu sudah beberapa hari terbaring sakit?"
Mendengar jawaban itu, Rasulullah mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan perjalanan menuju masjid. Setelah selesai, Rasulullah memutuskan untuk menjenguk wanita tua itu.
Mengetahui Rasulullah menjenguknya, wanita tua itu kemudian meneteskan air mata. Dia kemudian bertanya mengapa Rasulullah mau menjenguknya.
"Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal aku selalu meludahimu setiap hari?" tanya wanita tua itu.
Rasulullah kemudian menjawab, "Aku yakin, engkau meludahiku karena belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau sudah mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan lagi melakukannya."
Jawaban Rasulullah membuat dada wanita tua itu sesak dan sedikit kesulitan bernapas. Si wanita kemudian mencoba mengatur napas dan menenangkan diri.
Setelah dalam keadaan tenang, wanita tua itu kemudian berbicara, "Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi mengikuti agamamu." Wanita tua itu kemudian mengucapkan kalimat syahadat di hadapan Rasulullah.
Hikmah Di Balik Kisah
- Andaikata saja, Rasulullah saat itu menerapkan kaidah hukum, jika menghina dirinya, meludahi dirinya, harus dihukum dan dibunuh, karena termasuk penistaan terhadap Nabi yang otomatis menistakan agama Allah, maka nabi tentu akan menghukum wanita tua tersebut, namun yang dilakukan Rasulullah adalah bersabar dan memberikan maaf.
- Namun dalam kondisi tertentu, Rasulullah juga tegas terhadap orang-orang kafir yang ingin merebut wilayah Islam dan juga tegas terhadap orang-orang kafir yang dapat membahayakan atau mengancam kesalamatan kaum muslimin. Karenanya, anda juga akan menemukan kisah di mana Rasulullah beberapa kali memimpin langsung perang melawan kaum kafir.
- Islam itu indah, damai, mau memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Sebaliknya, Islam itu adalah rahmatan lil `alamin (menjadi rahmat bagi seluruh alam)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan. (QS. Luqman : 8)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah : 214)
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An Nisaa’ : 142)